PERKEMBANGAN ANAK USIA 6 SAMPAI 8 TAHUN



PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
PERKEMBANGAN ANAK USIA 6 SAMPAI 8 TAHUN

A.   Masa Perkembangan Anak Usia 6 sampai 8 Tahun
Di umur 6 – 7 tahun anak sudah memiliki kemampuan yang lebih meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya, anak usia sudah memiliki kemampuan sebagai berikut:
1)    Sudah memiliki proporsi tubuh seperti orang dewasa
2)    Imajinasi anak merupakan bagian yang penting bagi perkembangannya saat ini
3)    Menyukai kegiatan olahraga, naik sepeda tanpa roda bantu bahkan belajar naik skateboard
4)    Sudah bisa belajar berenang, berayun, mendaki atau kegiatan jungle gym lainnya. Tubuhnya telah mampu melakukan aktivitas fisik yang lebih kompleks.
5)    Sudah bisa diajari mambaca kalimat dan mengerjakan hitungan matematika sederhana
6)    Sudah mengerti konsep pertama, selanjutnya, terakhir, besar-lebih besar-paling besar, dll
7)    Memahami konsep waktu sekarang, kemarin, besok
8)    Mengharapkan tibanya hari ultah, liburan, dan perayaan tahunan lainnya
9)    Anak sudah siap dan menyukai aktivitas bersekolah di sekolah dasar:
setelah menginjak usia 8 tahun, Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan mulai lambat-bertahap daripada tahun-tahun sebelumnya. Massa otot-rangka meningkat dan ketrampilan motorik kasar juga halus membaik. Pada usia 8 tahun, anak mulai Mampu memahami dan mengkomunikasikan tentang konsep abstrak serta mulai bisa membangun ide yang lebih kompleks.Daya imaginasi masih menjadi bagian yang penting bagi perkembangannya, serta Kemampuan memberikan perhatian mulai meningkat, anak mulai bisa fokus pada perbedaan masa lalu dan masa depan sebaik dengan keadaan saat ini. kapasitas belajar mulai meluas, anak sudah bisa belajar menulis, membaca dan menyelesaikan masalah melalui sekolah
Anak sangat cerewet dan aktif bertanya, kadang meminta arahan, dan anak Telah bisa untuk lebih memahami peraturan sosial dalam pergaulan. Interaksi dengan teman dan sebayanya mulai semakin penting. Anak mulai tertarik menghabiskan waktu dan meminta informasi dari teman sebayanya. Pergaulan di lingkungan rumah dan sekolah merupakan arena yang penting bagi perkembangan anak. Kontrol diri sudah mulai membaik dan pemahaman akan emosi yang lebih kompleks mulai meningkat
Perincian tugas-tugas perkembangan anak usia 6 sampai 8 tahun menurut Havigusrt (1961) dan implikasinya terhadap pelaksanaan pendidikan adalah sebagai berikut:
·         Pembelajaran keterampilan fisik motorik yang diperlukan untuk permainan sehari-hari
Dilihat dari perkembangan dan fisik motorik, anak dituntut untuk menguasi keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan  aktivitas fisik motorik.
Menurut Hasan (2006), tujuan pengembangan dan fisik motorik adalah untuk melatih keterampilan fisik terutama melatih motorik kasar  motorik halus sehingga anak dapat meloncat, memanjat, dan lain sebagainya, disamping ia juga dapat bermain musik, menari bahkan dapat membuat kerajinan tangan. Perkembangan dan fisik motorik anak SD dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki  perempuan, bahkan guru di tuntut untuk menciptkaan budaya lingkundan teman sebaya yang mengajarkan keterampilan fisik dengan cara mencoba membantu seseorang yang mengalami hambatan dalam tugas-tugas perkembangan ini. Perkembangan fisik motorik ini ditandai hal-hal sebagai berikut:
1)    Pertumbuhan anak pesat, lengan dan kaki panjang tungkai kurus, kemudian menjadi gemuk.
2)    Gigi susu berganti gigi tetap.
3)    Penuh energi, suka bergerak  aktif sekali, makin lama keaktifan lebih terarah
4)    Masih senang berlari
·         Membangun keutuhan sikap terhadap diri sendiri sebagai organisme   yang sedang tumbuh.
Pada umumnya anak usia SD telah terjadi pertumbuhan fisik secara pesat. Untuk dapat melaksanakan tugas perkembangan ini kebiasaan kesehatan seperti menjaga kebersihan, waktu tidur, makan, dan lain sebagainya masih perlu dibatasi.
Memperhatikan hal-hal tersebut diatas, sekolah hendaknya memperhatikan kesulitan dan permasalahan siswa serta memberikan bimbingan dan konseling baik secara individual maupun kelompok. Hal ini bertujuan agar anak mencapai keutuhan dan keserasian sikap dirinya sendiri sebagai organisme yang sedang tumbuh secara optimal.

·         Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok sebaya
Anak pada usia 6-8 mulai belajar tidak bergantung pada lingkungan keluarga. Anak (siswa) ini mulai untuk belajar memberi dan menerima dalam kehidupan sosial diantara teman sebaya. Proses pembelajaran dalam memasuki kelompok sebaya merupakan proses pembelajaran “kepribadian sosial” yang sesungguhnya.
Pemenuhan tugas perkembangan ini membawa implikasi terhadap penyelenggarakan pendidikan di SD. Sekolah merupakan tempat yang kondusif bagi kebanyakan siswa untuk belajar bergaul dan bekerja bersama teman sebaya. Guru harus terampil mempelajari dan memahami budaya teman pada lingkungan sekolah dan masyarakat.

·         Mempelajari peran sosial sebagai pria dan wanita
Menurut Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih (2006), dalam mencapai tugas perkembangan perbedaan anatomi antara pria dan wanita tidak menuntut perbedaan peran jenis kelamin selama anak Sekolah Dasar. Tubuh anak wanita sebagaimana anak laki-laki tumbuh dengan baik melalui aktivitas fisik sehingga menjadi kuat dan besar. Baru mulai usia 9 atau 10 tahun terdapat perbedaan anatomi antara anak laki-laki dengan anak wanita.

Berkenaan dengan peran anak sesuai dengan jenis kelaminnya,telah diawali dalam asuhan keluarga. Harapan yang sama berlanjut pada usia sekolah melalui pergaulan dalam budaya teman sebaya. Dalam hal ini sekolah hendaknya lebih menekankan pada fungsi perbaikan jika ada anak yang mengalami hambatan dalam pencapaian tugas perkembangan ini.


·         Pengembangan keterampilan dasar membaca, menulis dan berhitung
Menurut Yusuf (2006), secara umum pada usia sekolah dasar (6-12) tahun, anak sudah dapat mereaksi rangsang dan inteklektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif seperti menulis, membaca,  menghitung. Pada tahap perkembangan kognitif ini, anak SD harus dibekali pengalaman-pengalaman kemampuan tertentu untuk menambah pengertian  menanamkan tingkah laku dengan pola-pola baru agar mereka dapat mempergunakannya secara efektif.
Hal tersebut dipertegas oleh Piaget bahwa kemampuan berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. ini berarti bahwa urutan bahan pendidikan dan metode harus menjadi perhatian utama. Anak akan sulit memahami bahan pelajaran jika urutan bahan pelajaran ini tidak teratur. Bagi anak SD, pengoperasian suatu penjumlahan harus menggunakan benda-benda nyata, terutama di kelas-kelas awal karena tahap perkembangan berfikir mereka baru mencapai pada tahap kongret.

·         Pengembangan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari
Keterkaitan manusia dengan lingkungannya menjadikan ia harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut. Untuk dapat menyesuaikan diri maka ia perlu memahami dan mengembangkan konsep-konsep tertentu yang perlu dalam kehidupan sehari-hari. Tugas perkembangan ini menuntut anak usia 6-8 untuk memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk bisa berfikir efektif berkenaan dengan pekerjaan, kewarganegaraan, dan peristiwa-peristiwa sosial.Secara psikologis pada saat anak siap memasuki sekolah, ia sebenarnya telah memiliki perbendaharaan banyak konsep, terutama konsep-konsep yang sederhana

·         Pengembangan kata hati, moral dan nilai-nilai
Perkembangan moral adalah perkembangan moral anak yang merupakan hal yang sangat bagi perkembangan kepribadian dan sosial anak dalam kehidupannya sehari-hari. Anak usia 6-8 sudah dituntut untuk mengembangkan kontrol moral dari dalam, menghargai aturan moral,dan memulai dengan skala nilai yang rasional. Melalui proses identifikasi terhadap kedua orang tuanya, anak mengembangkan sendiri penerapan “peringatan-hukuman” dari orang tua sebagai perwujudan kata hati. Piaget berpendapat, bahwa anak usia 6-8 merupakan tahapan yang sangat penting dalam mempelajari moralitas kerja sama.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, mempunyai peranan penting dalam rangka pengembangan kata hati, moral dan nilai-nilai melalui proses pembelajaran. Bimbingan merupakan salah satu tehnik untuk membantu siswa utamanya yang mengalami hambatan atau permasalahan yang berkaitan dengan pengembangan ini.

·         Mancapai kemandirian pribadi
 Tugas-tugas perkembangan ini menuntut anak mampu menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian ini ditunjukkan pada kemampuan membuat perencanaan dan melaksanakan kegiatan belajar/sekolahnya tanpa harus selalu diarahkan oleh guru maupun orang tua.
Sehubungan tugas pencapaian kemandirian ini, maka guru dalam melaksanakan proses pembelajarannya mengacu pada kemandirian. Baik kemandirian dalam tugas individual maupun kemandirian dalam tugas-tugas kelompok.

B.   Perkembangan Stimulus Anak Usia 6 sampai 8 Tahun
1.    STIMULASI MOTORIK
Stimulasi motorik kasar yang bisa dilakukan:
·         Bermain kasti, basket, dan bola kaki. Kegiatan ini sangat baik untuk melatih keterampilan menggunakan otot kaki. Anak juga belajar mengenal adanya aturan main, sportivitas, kompetisi dan kerja sama dalam sebuah tim.
·         Berenang. Manfaat dari kegiatan ini sangat banyak karena melatih semua unsur motorik kasar anak. Anak pun mendapat pelajaran dan latihan mengenai perbedaan berat jenis maupun keseimbangan tubuh.
·         Lompat jauh. Manfaatnya hampir sama dengan bermain bola kaki dan sejenisnya. Pada kegiatan ini anak mendapatkan point plus, yaitu prediksi terhadap jarak.
·         Lari maraton. Manfaatnya mirip sekali dengan lompat jauh, hanya caranya yang berbeda.
·         Kegiatan outbound. Seperti halnya berenang, maka dengan ber-outbound semua kemampuan motorik kasar dilatih. Malahan anak bisa mendapatkan hal yang lain, seperti keberanian, survival, dan kedekatan dengan Maha Pencipta serta kesadaran pentingnya menjaga keharmonisan antara manusia dengan hewan dan tumbuhan.

Stimulasi motorik halus:
– Menggambar, melukis dengan berbagai media.
– Membuat kerajinan dari tanah liat.
– Membuat seni kerajinan tangan, misalnya membuat boneka dari kain perca.
– Bermain alat musik seperti gitar, biola, piano dan sebagainya.

2.    STIMULASI KOGNITIF
Sebelum menstimulasi kognisi anak, orang tua harus mengetahui terlebih dulu perkembangan kognitifnya sesuai usia. Misalnya, untuk anak balita perkembangan kognitifnya berkaitan dengan perkembangan berbagai konsep dasar seperti mengenal bau, warna, huruf, angka, serta pengetahuan umum yang akrab dengan kehidupan sehari-harinya. Disamping itu perkembangan kognitif berkaitan erat dengan perkembangan bahasa.

Aneka kegiatan yang bisa orang tua lakukan guna menstimulasi kognisi anak adalah:

·         Mengadakan acara mendongeng.
·         Membaca buku cerita, baik dilakukan oleh orang tua atau si anak sendiri.
·         Menceritakan kembali suatu kisah dari buku cerita yang sudah dia baca.
·         Sharing mengenai pengalaman sehari-hari yang bisa dilakukan secara verbal, gambar atau tulisan.
·         Berdiskusi tentang suatu tema

3.    STIMULASI AFEKSI
Stimulasi afeksi dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal maupun intrapersonal anak balita maupun 6-8 tahun. Manfaat utamanya adalah mengembangkan rasa percaya diri, memupuk kemandirian, mengetahui dan menjalani aturan, memahami orang lain, dan mau berbagi.
Cara memberikan stimulasi bisa dengan cara sebagai berikut:
– Biarkan anak melakukan sendiri apa yang bisa ia lakukan.
– Buatlah kesepakatan tentang berbagai hal yang baik/boleh dan tidak, serta konsekuensinya. Tentu dengan bahasa yang bisa dipahami anak.
– Berikan penghargaan untuk hal-hal yang dapat dilakukanya dengan baik atau lebih baik dari sebelumnya. Bisa juga ketika anak dapat mengikuti aturan (terutama pada awal mula diterapkan suatu aturan).
– Berikan konsekuensi negatif atau punishment terhadap tingkah laku anak yang kurang baik atau tidak sesuai dengan aturan. Untuk hal ini perlu mempertimbangkan usia anak.
– Berikan perhatian untuk berbagai reaksi emosi anak. Contoh, saat dia sedih, gembira, marah, berikanlah respons yang sesuai dengan kebutuhannya kala itu.
– Anak difasilitasi untuk bermain peran.
– Biasakan anak untuk mampu mengungkapkan perasaanya, baik secara verbal, tulisan, ataupun gambar.
– Biasakan mau berbagi dalam setiap kesempatan.

STIMULASI SPIRITUAL
Sifat spiritual berkaitan erat dengan kesadaran adanya Sang Pencipta. Di sinilah anak belajar tentang kewajiban tertentu sebagai hamba Tuhan sesuai ajaran agama masing-masing. Selain itu kecerdasan spiritual juga berkaitan dengan pemahaman bahwa ia menjadi bagian dari alam semesta. Di sini anak memiliki peran tertentu supaya bisa hidup harmonis dengan seluruh makhluk Tuhan. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menumbuhkembangkan kecerdasan spritual anak balita dan usia 6--8 tahun adalah sebagai berikut:
* Lakukan diskusi bahwa semua benda di sekitarnya ada yang menciptakan. Contoh, “Siapa yang membuat meja ini?” anak menjawab, “Tukang kayu.” Lalu kita berikan lagi pemahaman padanya “Apakah sama meja ini dengan tukang kayu yang membuatnya?”
* Mengaitkan materi-materi pelajaran atau hal-hal di sekitarnya dengan kebesaran Tuhan, terlebih pada pelajaran ilmu pasti.
* Memutarkan video tentang berbagai hal yang menakjubkan di alam dengan kebesaran Sang Pencipta.
* Menceritakan kisah manusia-manusia pilihan Tuhan.
* Berdiskusi tentang berbagai hal dan apa yang dapat anak lakukan sebagai manusia yang memiliki kelebihan dibanding makhluk lain di muka bumi.
* Meminta anak untuk membuat karangan tentang berbagai pengalamannya ketika sedang mengalami kesulitan dan apa yang dia lakukan. Ketika menemukan jalan keluar dari kesulitan tersebut, kaitkan dengan betapa Tuhan itu sangat pengasih dan pemurah.
* Memberikan pendidikan agama sekaligus membiasakannya menjalankan ibadah yang dianjurkan dan diwajibkan.
Namun tak hanya itu yang bisa menjamin anak menjadi cerdas. Lingkungan di mana anak berada sangat memegang peranan penting untuk membentuknya menjadi anak yang bahagia dan sehat.
Jika bicara ideal, beginilah seharusnya lingkungan anak balita dan anak usia 6- 8 tahun:
* Dilengkapi dengan fasilitas yang mendukung, di antaranya arena bermain lengkap dengan prasarananya.
* Lingkungan harus ramah anak, sekaligus memberi jaminan atas kesehatan, keamanan, kenyamanan, dan keleluasaan bergerak.
* Jika hal tersebut tidak memungkinkan untuk diwujudkan, cukuplah membuat lingkungan yang bisa menerima dan memberi toleransi pada anak dalam berkegiatan. Temanilah selalu anak saat berekplorasi. Biarkan dia bebas memilih apa yang akan dikerjakan sepanjang tetap dalam koridor keamanan, kesehatan, dan kebaikan.
* Jawablah sebisa mungkin setiap pertanyaan anak. Jika tidak bisa, ajak anak bersama-sama mencari tahu jawaban dari sumber yang bisa dipercaya, semisal mencarinya dalam kamus atau bertanya pada pakarnya.

C.   Karakteristik Anak Usia 6 sampai 8 Tahun
    Perkembangan kognitif anak masih berada pada masa yang cepat. Dari segi kemampuan, secara kognitif anak sudah mampu berpikir bagian per bagian. Artinya anak sudah mampu berpikir analisis dan sintesis, deduktif dan induktif.
    Perkembangan sosial anak mulai ingin melepaskan diri dari otoritas orangtuanya. Hal ini ditunjukkan dengan kecenderungan anak untuk selalu bermain di luar rumah bergaul dengan teman sebaya.
    Anak mulai menyukai permainan sosial. Bentuk permainan yang melibatkan banyak orang dengan saling berinteraksi.
Perkembangan emosi anak sudah mulai berbentuk dan tampak sebagai bagian dari kepribadian anak. Walaupun pada usia ini masih pada taraf pembentukan, namun pengalaman anak sebenarnya telah menampakkan hasil.

BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Di umur 6 – 7 tahun anak sudah memiliki kemampuan yang lebih meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya, anak usia sudah memiliki kemampuan sebagai berikut:
·         Sudah memiliki proporsi tubuh seperti orang dewasa
·         Imajinasi anak merupakan bagian yang penting bagi perkembangannya saat ini
·         Menyukai kegiatan olahraga, naik sepeda tanpa roda bantu bahkan belajar naik skateboard
·         Sudah bisa belajar berenang, berayun, mendaki atau kegiatan jungle gym lainnya. Tubuhnya telah mampu melakukan aktivitas fisik yang lebih kompleks.
·         Sudah bisa diajari mambaca kalimat dan mengerjakan hitungan matematika sederhana
·         Sudah mengerti konsep pertama, selanjutnya, terakhir, besar-lebih besar-paling besar, dll
·         Memahami konsep waktu sekarang, kemarin, besok
·         Mengharapkan tibanya hari ultah, liburan, dan perayaan tahunan lainnya
5)    Anak sudah siap dan menyukai aktivitas bersekolah di sekolah dasar:

B.   Saran

Diharapkan kepada para pembaca untuk mengkritik karya tulis ini dengan kritikan yang dapat membangun demi terciptanya karya tulis yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Rubiyanto,Saring Marsudi,dan Sri Hartini.2008.Perkembanagan Peserta Didik.Surakarta:BP-FKIP UMS

Poerwanti, Endang, dan Nur Widodo. 2000. Perkembangan Peseserta Didik. Malang: UMM Press

(http://massofa.wordpress.com/2008/01/25/karakteristik-anak-usia-sekolah-dasar/, diaksses tanggal 3 november 2015)

http://www.puskur.net/download/uu/90Permen_24_2007_Stdr-SarPras.
http://vecer.mk/files/article/2015/04/02/so-decata-so-autizam-treba-da-se-raboti-eden-na-eden-248429
http://eprints.uny.ac.id/8988/2/bab%201%20-%2009111247039.pdf

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FORMAT LAPORAN KONSELING INDIVIDUAL

Teknik rapport dalam konseling

KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN REALITAS