PENGGUNAAN MEDIA FILM EDUKASI DALAM LAYANAN INFORMASI BIMBINGAN KLASIKAL
PENGGUNAAN
MEDIA FILM EDUKASI DALAM LAYANAN INFORMASI BIMBINGAN KLASIKAL GUNA MENINGKATKAN
KEPERCAYAAN DIRI SISWA
A.
Rencana
Inovasi dan Kreativitas: “Penggunaan
Media Film
Edukasi dalam Layanan
Informasi Bimbingan Klasikal Guna Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa”.
B.
Latar
Belakang:
Layanan
bimbingan dan konseling melalui media elektronik saat ini marak diperbincangkan oleh semua Guru bimbingan dan konseling.
Mulai dari kegiatan bimbingan kelompok, bimbingan klasikal dan lain sebagainya.
Penggunaan media dalam proses layanan bimbingan dan konseling dirasa sangat
memudahkan guru bimbingan dan konseling di seklah. Perlunya pengembangan media
bimbingan dan konseling di sekolah bertujuan mempermudah proses pemberian
bantuan dari guru bk terhadap kliennya.
Layanan bimbingan dan
konseling yang dapat menggunakan media berbasis teknologi salah satunya adalah
layanan informasi dalam proses bimbingan klasikal. Media teknologi yang dapat
digunakan misalnya film edukatif yang diputarkan dalam laynan informasi ketika
melakukan bimbingan klasikal dan banyak lagi upaya yang dilakukan
untuk menciptakan inovasi-inovasi teknologi sebagai media layanan yang mampu
bahkan memudahkan peran guru. Penggunaan teknologi multimedia dalam
pembelajaran atau bimbingan akan lebih menarik secara penyajian dan
memungkinkan siswa untuk berinteraksi langsung dengan bahan ajar,serta mampu
meningkatkan kemampuan berpikir, khususnya kemampuan berpikir kreatif.
Kreativitas-kreativitas
yang diharapkan tidak sesuai dengan bukti nyata di lapangan. Dimana jam untuk
layanan bimbingan dan konseling di sekolah sekolah masih sangat minim. Bahkan
jika ada jam layanan pun, tidak dipergunakan secara produktif karena waktu yang
diberikan terlalu singkat hanya sekitar 45 menit jika tepat waktu. Wallas
(1976) dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001 memandang kreativitas sebagai sebuah
proses yang terjadi didalam otak manusia dalam menemukan dan mengembangkan
sebuah gagasan baru yang lebih inovatif dan variatif (divergensi berpikir),
artinya gagasan baru yang dikeluarkan merupakan sebuah kreativitas.
Begitu pentingnya kreatifitas dalam kehidupan
yang ikut menentukan kualitas diri seseorang maka perlu dilakukan upaya
pengembangan kemampuan berpikir kreatif sebagai salah satu potensi dalam diri
individu. Rancangan inovasi ini melakukan upaya pengembangan kreativitas dalam bimbingan dan konseling
melalui bimbingan klasikal
dengan menggunakan media film dalam
proses layanan informasi.
C.
Tinjauan
Pustaka
1.
Pengertian
Kepercayaan
Diri
Rasa percaya diri merupakan
suatu kekuatan atau dorongan yang ada dalam diri individu untuk melakukan suatu
hal yang berpengaruh bagi kemajuan dan dalam memperbaiki diri. Percaya diri
adalah suatu aspek kepribadian yang ada dalam kehidupan manusia dan sangat berpengaruh
penting dalam kehidupan yang mereka lakukan. Santrock (2003) “percaya diri
adalah dimensi evaluatif yang menyeluruh dari diri atau gambaran diri”. Menurut
Lauster (http://www.masbow.com) orang yang memiliki percaya diri yang positif
adalah:
a)
Keyakinan akan
kemampuan diri
b)
Optimis
c)
Obyektif
d)
Bertanggung
jawab
e)
Rasional dan
realistis
Rasa kepercayaan
diri hendaknya selalu tertanam pada individu walaupun sedang dihadapkan dengan berbagai
macam masalah. Percaya diri sangat menunjang keberhasilan belajar dan
kehidupannya, dengan demikian para siswa harus bisa membangun rasa percaya
diri.
2.
Pengertian
Kreativitas
Menurut wikipedia,
kretivitas merupakan proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau
anggitan (concept) baru, atau hubungan baru antara gagasan dan anggitan yang
sudah ada. Selain itu, dalam sisi lain kreatifitas merupakan suatu bidang
kajian yang kompleks, yang menimbulkan berbagai perbedaan pandangan. Perbedaan
definisi kreativitas yang dikemukakan oleh banyak ahli merupakan definisi yang
saling melengkapi. Sudut pandang para ahli terhadap kreativitas menjadi dasar
perbedaan dari definisi kreativitas. Definisi kreativitas tergantung pada segi
penekanannya, kreativitas dapat didefinisikan kedalam empat jenis dimensi
sebagai Four P’s Creativity, yaitu dimensi Person, Proses, Press dan Product
Kreativitas
Dalam dimensi person, (Hulbeck, 1945 dikutip dalam Utami Munandar, 1999)
menurut Guilford merupakan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri
seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat. Sedangkan Hulbeck menerangkan
bahwa tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam
interaksi dengan lingkungannya. Definisi kreativitas dari dua pakar diatas
lebih berfokus pada segi pribadi.
Selanjutnya
dalam dimensi proses, (Munandar, 1977 dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001). Utami
Munandar menerangkan bahwa kreativitas adalah sebuah proses atau kemampuan yang
mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibititas), dan orisinalitas dalam
berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya,
memperinci), suatu gagasan. Pada definisi ini lebih menekankan pada aspek
proses perubahan (inovasi dan variasi). Dimensi kreativitas dalam press
merupakan pendekatan kreativitas yang menekankan faktor press atau dorongan,
baik dorongan internal diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta
atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan
sosial dan psikologis.
Selajutnya
pengertian kreativitas dalam dimensi product merupakan definisi yang berfokus
pada produk kreatif menekankan pada orisinalitas, seperti yang dikemukakan oleh
Baron, 1976 (dalam Reni Akbar-Hawadi dkk, 2001)
yang menyatakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk
menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Begitu pula menurut Haefele, 1962 (dalam
Munandar, 1999) yang menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk membuat
kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial.
3.
Faktor
yang Mempengaruhi Kreativitas
Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kreativitas menurut Rogers (dalam Munandar, 1999)
adalah:
Faktor
internal individu atau faktor yang berasal dari dalam individu
a)
Keterbukaan, Keterbukaan terhadap
pengalaman adalah kemampuan menerima segala sumber informasi dari pengalaman
hidupnya sendiri dengan menerima apa adanya, tanpa ada usaha defense, tanpa kekakuan terhadap pengalaman-pengalaman
tersebut. Dengan demikian individu kreatif adalah individu yang mampu menerima
perbedaan
b) Evaluasi
internal, yaitu kemampuan individu dalam menilai produk yang dihasilkan ciptaan
seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri, bukan karena kritik dan pujian dari
orang lain. Walaupun demikian individu tidak tertutup dari kemungkinan masukan
dan kritikan dari orang lain.
c) Kemampuan
untuk bermaian dan mengadakan eksplorasi terhadap unsur-unsur, bentuk-bentuk,
konsep atau membentuk kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.
Faktor
eksternal (Lingkungan)
a)
Lingkungan kebudayaan, yang mengandung keamanan dan kebebasan
psikologis. Peran kondisi lingkungan mencakup lingkungan dalam arti kata luas
yaitu masyarakat dan kebudayaan. Kebudayaan dapat mengembangkan kreativitas
jika kebudayaan itu memberi kesempatan adil bagi pengembangan kreativitas
potensial yang dimiliki anggota masyarakat.
Selain
itu Hurlock (1993), mengatakan ada enam faktor yang menyebabkan munculnya
variasi kreativitas yang dimiliki individu, yaitu:
a)
Jenis kelamin
Anak
laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari anak perempuan,
terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian besar hal ini
disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan.
Anak laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman sebaya untuk
lebih mengambil resiko dan didorong oleh para orangtua dan guru untuk lebih
menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.
b)
Status sosioekonomi
Anak
dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi cenderung lebih kreatif dari anak
kelompok yang lebih rendah. Lingkungan anak kelompok sosioekonomi yang lebih
tinggi memberi lebih banyak kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan
pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas.
c)
Urutan kelahiran
Anak
dari berbagai urutan kelahiran menunjukkan tingkat kreativitas yang berbeda.
Perbedaan ini lebih menekankan pada lingkungan daripada bawaan. Anak yang lahir
ditengah, belakang dan anak tunggal mungkin memiliki kreativitas yang tinggi
dari pada anak pertama. Umumnya anak yang lahir pertama lebih ditekan untuk
menyesuaikan diri dengan harapan orangtua, tekanan ini lebih mendorong anak
untuk menjadi anak yang penurut daripada pencipta.
d)
Ukuran keluarga
Anak
dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama cenderung lebih kreatif daripada
anak dari keluarga besar. Dalam keluarga besar cara mendidik anak yang otoriter
dan kondisi sosiekonomi kurang menguntungkan mungkin lebih mempengaruhi dan
menghalangi perkembangan kreativitas.
e)
Lingkungan
Anak
dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif dari anak lingkungan pedesaan.
f)
Intelegensi
Setiap anak yang lebih pandai menunjukkan kreativitas
yang lebih besar daripada anak yang kurang pandai. Mereka mempunyai lebih
banyak gagasan baru untuk menangani suasana sosial dan mampu merumuskan lebih
banyak penyelesaian bagi konflik tersebut
4.
Pengertian
Bimbingan Klasikal
Menurut Santoso
(2011:139) bimbingan kelas / klasikal adalah program yang dirancang menuntut
konselor untuk melakukan kontak langsung dengan para peserta didik di kelas.
Secara terjadwal, konselor memberikan pelayanan bimbingan kepada para peserta
didik. Kegiatan bimbingan kelas ini bisa berupa diskusi kelas atau brain
storming (curah pendapat).
Menurut Delucia-Waack
(2006:188) bimbingan kelas kadang terjadi saat Konselor diminta hadir untuk
memberikan topik mengenai harga diri, keterampilam komunikasi, keluarga sehat,
resolusi konflik, keterampilan persahabatan dan pecegahan bullying. Pada
bimbingan di dalam kelas kegiatan harus dikonseptualisasikan dalam tahap yang
sama (initial,working, terminasi) dan bagian-bagian yang sama dari setiap sesi
(opening, working, processing, closing) dalam rentang waktu yang jauh lebih
singkat.
5.
Pengertian
Layanan
Informasi
Zainal (2012)
menjelaskan bahwa, “layanan informasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling
yang memungkinkan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi yang
dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan keputusan untuk kepentingan
peserta didik”. Melalui layanan informasi siswa juga akan menambah wawasan dan
pengetahuan yang berguna memenuhi kekurangan yang siswa miliki.
Seperti halnya
yang dijelaskan oleh Prayitno (2004) bahwa Layanan informasi merupakan suatu
usaha untuk memenuhi kekurangan individu akan informasi yang mereka perlukan.
Dalam layanan ini, kepada peserta layanan disampaikan berbagai informasi; dan
diolah dan digunanakan individu untuk kepentingan hidup dan perkembangannya.
Layanan informasi diselenggarakan oleh konselor dan diikuti oleh seseorang atau
sekelompok peserta.
Dengan demikian,
pemberian layanan informasi dengan materi yang sangat dibituhkan oleh peserta
didik akan sangat membantu peserta didik memiliki rujukan dan referensi yang jelas
untuk meningkatkan rasa percaya diri, baik dalam bersosialisasi dan juga dalam
proses belajar. Layanan informasi merupakan layanan yang bertujuan memberikan pemahaman
tentang suatu hal kepada peserta didik. Tujuan utama dari layanan informasi
adalah diperolehnya pemahaman baru dari peserta didik akan berbagai hal,
seperti akademik, pribadi, sosial, dan karir. Tekniknya dapat berupa Tanya
jawb, menggunakan media, acara khusus dan melalui narasumber (menurut Tohirin,
2009).
6.
Pengertian Media Film
Menurut Susilana
dkk (2009) mengemukakan”film disebut juga gambar hidup (motion pictures), yaitu
serangkaian gambar diam (Istill pictures) yang meluncur secara cepat dan
diproyeksikan sehingga menimbilkan kesan hidup dan bergerak”. Film merupakan
media yang menyampaikan pesan audiovisual dan gerak. Oleh karena itu film memberikan
kesan yang impresif bagi pemirsanya. Lain halnya Yuliawan (2006) bahwa “film
adalah benda yang
tipis seperti kertas terbuat dari
seluloid untuk merekam gambar negative melalui kaca kamera.
7.
Pengertian Edukasi dan Film Edukasi
Edukasi adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat.
Edukasi bukan
hanya melalui kegiatan belajar, namun semua hal dapat berkaitan dengan edukasi.
Salah satunya adalah film, saat ini kita sering mendengar tentang istilah film
edukasi, yaitu fim yang berisikan tayangan-tayangan yang memberikan
pembelajaran guna mengembangkan potensi diri melalui cara menonton.
Terkait film edukatif, Carpenter dan Greenhill,
1956 (dalam Nasution, Zulkarimein1984) mengkaji hasil-hasil penelitian tentang
film menyimpulkan sebagai berikut:
a)
Film yang diproduksi dengan baik, bila
digunakan baik sendirian maupun dalam suatu seri dapat diterapkan sebagai alat
utama untuk mengajar ketarampilan penampilan (performance) tertentu dan untuk
menyampaikan beberapa jenis data faktual.
b)
Tes setelah menonton akan meingkatkan
belajar, jika siswa telah diberi tahu apa yang harus diperhatikannya dalam
film, dan bahwa mereka akan di tes tentang isi film tersebut.
c)
Siswa akan belajar lebih banyak jika
diberi petunjuk studi untuk tiap film yang dipakai dalam kegiatan
belajar-mengajar.
d)
Mencatat sambil menonton film hendaknya
dicegah, karena hal itu akan mengganggu perhatian siswa trhadap film itu
sendiri.
e)
Pertunjukan film secara bergantian dapat
meningkatkan belajar.
f)
Film-film pendek dapat dipenggal menjadi
film sambung dan bermanfaat untuk kepentingan praktek atau latihan.
g)
Siswa dapat menonton film selama satu
jam tanpa mengurangi keefektifan dari tujuan pertemuan tersebut.
h)
Keefektifan belajar melalui film harus
dievaluasi.
i)
Sesudah sebuah film dipertunjukkan, lalu
pokok-pokok isinya dijelaskan dan didiskusikan, akan mengurangi salah
pengertian di kalangan siswa.
j)
Kegiatan lanjutan setelah menonton film
hendaknya digalakkan untuk memungkinkan pemahaman yang lebih tuntas
8.
Manfaaat
Media
Film Edukasi bagi layanan informasi
Berdasarkan
permasalahan yang ditemukan, maka perlu dilakukan eksperimen berupa pemberian
layanan informasi menggunakan media film edukasi untuk meningkatkan kepercayaan
diri peserta didik. Tujuan yang diharapkan dalam adalah untuk mengetahui
pengaruh layanan informasi menggunakan media film terhadap kepercayaan diri siswa.
Pelaksanaan
layanan informasi dengan menggunakan media film edukasi memiliki pengaruh
positif terhadap percaya diri siswa sehingga sehingga timbulah sikap yang lebih
baik. Melalui sebuah tayangan film siswa dapat tersentuh secara fisik maupun psikis.
Dimana siswa lebih tertarik dengan sajian materi layanan dengan menggunakan
media film.
Dengan ketertarikan
adanya media yang digunakan pada pelaksanaan layanan maka dapat memberikan
motivasi siswauntuk lebih percaya diri dengan harapan siswa lebih menampilkan kemampuan
dan optimis dalam diri siswa. Sejalan dengan Sadirman (2009) bahwa melalui
media film dapat menyajikan praktik maupun teori dari yang bersifat umum sampai
kekhusus, memikat perhatian siswa, selain itu juga dapat merangsang atau memotivasi
kegiatan siswa. Adanya hasil positif layanan informasi menggunakan media film terhadap
kepercayaan diri peserta didik, adalah diakibatkan siswa bukan hanya
mendengarkan guru menyampaikan materi, namun secara khusus juga mereka melihat.
Seperti yang diungkapkan
oleh Arsyad (2011: 49) bahwa film memiliki manfaat yaitu, sebagai berikut:
a)
Film dapat
melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa ketika mereka membaca,
berdiskusi, dan lainlain. Film merupakan pengganti alam sekitar dan bahkan
dapat menunjukan objek secara normal tidak dapat di lihat seperti cara kerja
jantung ketika berdenyut.
b)
Film dapat
menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara
berulang-ulang jika dipandang perlu.
c)
Disamping
mendorong dan meningkatkan motivasi, film menanamkan sikap dan segi efektif
lainnya.
d)
Film yang
mengandung nilai nilai positif dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam
kelompok siswa. Fim dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat
secara langsung seperti lahar gunung berapi atau prilaku binatang buas.
e)
Film dapat
ditunjukan kepada kelompok besar atau kecil, kelompok yang heterogen maupun
yang perorangan.
f)
Dengan kemampuan
dan teknik pengambilan gambar frame demi frame, film yang dalam kecepatan
normal memakan waktu satu minggu dapat ditampilkan dalam satu atau dua menit.
Dengan demikian,
penggunaan media film merangsang adanya motivasi
peserta didik untuk memperhatikan materi yang guru sampaikan dan memudahkan
siswa memahami meteri. Namun, pada dasarnya berbagai metode dalam pelaksanaan
layanan informasi dapat dilakukan inovasi dengan memanfaatkan media. Tujuannya
agar motivasi siswa mengikuti layanan informasi lebih tinggi, dan daya
pemahaman terhadap materi layanan menjadi lebih baik.
D.
Langkah-Langkah
Pelaksanaan Layanan Informasi dalam Bimbingan Klasikal
Penyelengaraan bimbingan
klasikal pada rancangan ini menggunakan layanan informasi melalui tontonan
sebuah film, peserta bimbingan akan diajak menyimpulkan makna dari film yang
akan diputar terkait informasi yang akan mereka dapat. Selanjutnya peserta
didik diminta menyampaikan kesimpulan yang mereka dapat ambil setelah menonton
tayangan yang diberikan pembimbing. Secara umum menonton merupakan sesuatu yang
menyenngkan, mudah dilakukan dan tidak menimbulkan kejenuhan.
1.
Prosedur
Pelaksanaan Bimbingan Klasikal (Satuan Layanan)
Bentuk Layanan
|
:
|
Layanan
Informasi
|
Penyelenggara
|
:
|
Enung Sinta
Nuriah
|
Sasaran
|
:
|
Siswa Kelas IX
|
Pertemuan
|
:
|
Pertama
|
Ruang
lingkup/Topik Materi
|
:
|
|
Sifat Topik
|
:
|
Topik tugas
|
Topik yang
Muncul
|
:
|
Dari guru
pembimbing “Meningkatkn kepercayaan diri”
|
Topik yang
dibahas
|
:
|
Kepercayaan
diri
|
Isi Bahasan
|
:
|
Film untuk
meningkatkan kepercayaan diri
|
Metode
|
:
|
Menonton film
edukasi yang bertemakan kepercayaan diri
|
Tujuan
Kegiatan
|
:
|
Memberikan
pemahaman kepada peserta didik tentang kepercayaan diri dan berupaya membantu
peserta didk dalam meningkatkan
kepercayaan dirinya.
|
2. Pelaksanaan Bimbingan kalsikal
a.
Tahap pertama
(pembentukan)
1)
Pembukaan;
(salam, ucapan terimakasih, dan berdoa). Pembukaan dilakukan untuk membangun
kesiapan konseli secara fisik dan psikis untuk menerima informasi yang akan
disampaikan oleh pembimbing selama tiga menit.
2)
Informasi
pendahuluan; (menjelaskan tujuan kegiatan) sebagai upaya membuka wacana
berfikir peserta bimbingan selama tiga menit.
3)
Perkenalan; agar
peserta bimbingan saling mengenal satu sama lain, juga sebagai upaya
menimbulkan suasana akrab.
b.
Tahap Kedua
(Peralihan)
Guru pembimbing mengajak
peserta bimbingan untuk memasuki tahap inti dari bimbingan klasikal. Guru
pembimbing mengakhiri kegiatan saling memperkenalkan diri kemudian menerangkan
kepada siswa bahwa mereka akan masuk pada kegiatan inti dari layanan informasi
bimbingan klasikal.
c.
Tahap Ketiga
(Kegiatan)
Sebelum memulai kegiatan,
guru pembimbing sedikit menerangkan isi dari kegiatan inti selama beberapa
menit. Adapun kegitan bimbingan klasikal yang akan dilakukan yaitu menyimak
beberapa film edukasi yang akan ditayangkan oleh guru pembimbing.
Film edukasi
pertama
|
Film tentang Kepercayaan
diri
|
Tujuan
|
Meningkatkan
kepercayaan diri para peserta didik dengan menyimak informasi yang ada dalam
film edukasi sehingga dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari
yang berkaitan dengan kepercayaan diri.
|
Prosedur
|
Peserta didik
menyimak dengan seksama dan kondusif, di akhir pemutaran guru pembimbing
meminta peserta didik menyimpulkan informasi apa yang telah mereka dapat
setelah menonton tanyangan tadi.
|
d.
Tahap Keempat
(Pengakhiran)
1)
Pembimbing
mengulas kembali kgiatan yang telah dilakukan oleh peserta bimbingan selama
pertemuan.
2)
Kesimpulan;
setiap peserta menyimpulkan hasil dari kegiatan yang telah dilakukan, sekaligus
menuliskan pesan dan kesan setelah bimbingan.
3)
Penutup; peserta
mengumpulkan lembar kerja bimbingan kepada pembimbing klasikal.
3.
Masa Inkubasi
Setelah proses
bimbingan pada pertemuan pertama berakhir, siswa diberikan pekerjaan rumah
berupa CD atau soft file mengenai film edukasi lain yag dimiliki oleh guru
pembimbing yang nantinya guru pembimbing akan meminta peserta didik untuk
menonton film yang telah diberikan oleh guru pembimbing.
4.
Pertemuan Kedua
Pada pertemuan
kedua peserta bimbingan menceritakan dan mendiskusikan mengenai tayangan film
yang telah ditonton dan menceritakan pengalaman mereka terkait kepercayaan diri
yang telah di pahami pada pertemuan sebelumnya.
5.
Prosedur yang
disarankan
a)
Pembimbing
diharapkan memahami materi yang akan disampaikan.
b)
Pembimbing
diharapkan dapat menyampaikan materi dengan baik dan menarik, penampilan
menarik, energik, ramah, huoris dan menyenangkan.
c)
Pembimbing
diharapkan memahami cara mengatasi error pada PC, computer atau media teknologi
yng digunakan untuk mengatasi kemungkinan kesalahan teknis yang akan terjadi
saat proses bimbingan yang berlangsung.
d)
Pembimbing
mengharapkan kepada peserta didik utuk mencoba menerapkan kepercayaan diri yang
dapat mereka bangun dalam kehidupan sehari-hari.
E.
Daftar
Pustaka
Akbar H. R., Darmo Y,/. R. S., V,/iyono N4..2001.Buku Kedua dari Tiga Kreativitas (panduan
bagi penyelengaraan program percepatan belajar). Jakarta: PT. Grasindo.
Arsyad, Azhar.2011. Media pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
De Lucia / Waack, Janice L.2006. Leading Psychoeducational Gruops For Children and Adolescents.
United States Of America : Sage Publikations, Inc.
Hurlock, E. B. (1993). Perkembangan Anak Jilid 2. Terjemahan oleh Thandrasa. Jakarta: PT.
Erlangga.
Munandar, Utami. 1999. Pengembangan Kretivitas Anak Berbakat. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Nasution, Zulkarimein.1984. Media Dalam Pembelajaran. Jakarta: CV. Rajawali.
Prayitno. 2004.
Seri Layanan Konseling L.1-L.9. Padang: Universitas Negeri Padang.
Santoso, Djoko Budi. 2011. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Malang: tanpa penerbit
Susilana, Rudi dan Riyana, Cepi. 2009. Hakikat Media Pembelajaran, Pengembangan,
Pemanfaatan, dan Penilaian. Bandung: CV. Wacana Prima.
Tohirin. 2009. Bimbingan
dan Konseling Di Sekolah dan Madrasah (berbasis Integrasi). Jakarta:
Rajawali Press.
Yuliawan. 2006. Pemanfaatan
Teknologi dalam Pembelajaran. Jakarta: Bina Cipta Press.
Sadirman, Arief S. 2009. Media Pendidikan: pengertian, pengembangan, dan pemanfaatannya.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Zainal Aqib. 2012. Bimbingan
dan Konseling Di sekolah. Jakarta: Rajawali Press
Komentar
Posting Komentar