Jalan Setapak Masa Kecilku
Namaku (panggil saja yank), aku lahir di Pandeglang 23 tahun silam. Aku memiliki kakak yg super
baik bernama (sebut saja bigbro), kedekatan kami membuat orang lain iri. Aku lahir dari
pasangan Ibu yang cantik dan Ayah yang Tangguh, yang sayangnya mereka sudah tak bersama
lagi sekarang, semua orang menyalahkan Ayahku, tapi menurutku tak ada yg salah,
aku mencoba mengikhlaskannya. Dari dulu aku selalu iri dengan orang2 yg hidup
sempurna, ya namanya juga anak kecil yg tak tahu permasalahan hidup dan karena
itulah aku menjadi pemalu, pendiam, selalu cari perhatian. Ketika menginjak
kelas 4 SD aku terkena tipus yg parah banget selama kurang lebih 2 bulan, sudah
berobat kesana kemari tapi ga ada hasil, badanku jadi semakin kurus, aku sudah
tak bisa berjalan, aku hanya bisa berbaring lemah di tempat tidur, rambutku
rontok, dan aku kehilangan kesadaran, bisa dibilang si seperti mayat hidup, dan
pada akhirnya orangtua serta keluargaku mengikhlaskan aku apapun yg terjadi
waktu itu, tapi bukan berarti mereka pasrah mereka hanya tak mau melihatku
lebih sangsara lagi. Dan ketika ditengah2 dilema mereka akhirnya ada keajaiban
untukku, perlahan kondisiku mulai membaik sampai pada akhirnya aku dinyatakan
sembuh. Jika kembali ke masa lalu kadang aku berpikir, kenapa saat itu aku
tidak benar2 pergi, jika pada akhirnya aku akan melewati banyak rintangan
seperti sekarang, aku hanya manusia biasa yg jika terus diberikan tekanan
seperti ini tidak selalu kuat, apalagi jika orang2 disekelilingku tak ada yg
membantu untuk menguatkanku, aku juga butuh jeda dan waktu, waktu yg sangat
panjang.
Dari kecil yg kukenal hanyalah sungai, hutan, sawah, hujan.
Sungai tempatku mencari ikan dan bermain, hutan tempatku mencari kayu bakar dan
mencari uang, sawah tempatku memetik hasil panen orang lain, hujan kadang ia
menjadi saksi atas kegembiraanku. Aku tidak nemiliki teman dekat dikampungku
sendiri, aku hanya memiliki teman sekolah, mungkin karena aku yg terlalu nyaman
dengan aktifitasku atau memang aku yg selalu menjadi bahan bulian mereka,
sehingga itulah yg membuatku tidak nyaman. Aku tidak mengenal mall, tempat
tongkrongan, angkringan, cafe, dll. Aku memang anak kampung yg jauh dari kota,
kemacetan, kebisingan kendaraan dan keramaian lainnya, yg ada hanya suara2
jangkrik dan kodok saling bersautan saat malam tiba serta pagi yg disambut
dengan kicauan burung. Tapi saat itu aku sangat bahagia, semua penuh dengan
kedamain, canda tawa, aku bisa membeli sesuatu yg kuinginkan dengan jerih
payahku sendiri, aku merasa lega, puas dan tak pernah ada beban apapun. Aku
rindu masa kecilku, aku rindu bagaimana rasanya disayang dan diperhatikan oleh
kedua orangtua, aku rindu setiap malam minggu yg kutunggu hanyalah kedatangan
Ayahku, aku rindu bisa bermain dan bercanda dengan mereka, aku rindu rumah yg
ramai bukan sepi seperti sekarang, aku rindu senyum manis mereka, aku rindu
kekonyolan yg dibuat oleh kakakku, aku rindu keributan kecil kami yg membuat
gelak tawa di rumah itu. Sayangnya, kerinduan itu hanya untuk dikenang yang
akan membuat dadaku sesak dan mataku berair. Ya, aku tahu kehidupan harus terus
berjalan, aku sebagai manusia hanya bisa menjalankan skenario Allah untukku,
mungkin ini yg terbaik. Ya, anggap saja aku hanya berkeluh kesah mungkin
sebagai pengingat atau penyemangat untuk diriku sendiri, kalau aku itu hebat,
kuat dan sabar bisa melewati semua rintangan itu, bisa melangkah sejauh ini.
Ya, ini semua juga berkat orang2 yg peduli, sayang dan masih menganggapku juga.
Alasanku selalu mencari kesibukan bukan untuk pamrih tapi memang aku hanya
ingin melupakan sejenak kisah piluku ini, sejenak saja dan aku tidak ingin
orang lain tahu lukaku ini, aku hanya ingin mereka tahu jika aku selalu bahagia
dan itulah yg aku lakukan setiap bertemu orang, aku selalu tertawa bahagia
seolah2 memang benar aku seperti itu. Padahal, aku sangat tidak menyukai
keramaian, apalagi bertemu orang2 baru, tapi hanya itu yg bisa sejenak
membantuku melupakan lukaku ini walau memang tak ada satupun diantara mereka yg
mengerti. Aku memang tidak mudah memercayai orang, bukan berarti aku tidak
menyayanginya, aku akan lebih lega jika aku berbicara pada diriku sendiri.
Itulah sedikit kisah hidupku, aku belum menceritakan tentang percintaan atau
persahabatanku, hanya menceritakan kisah ini saja jariku terasa berat dan
dadaku sangat sesak. Jangan tiru kelemahan atau keburukanku ya, ambil saja
positifnya. Setiap orang memiliki kisahnya masing2, memiliki lukanya masing2
dan tentunya memiliki kebahagiannya masing2, hanya jalannya saja yg berbeda2.
Mungkin, aku saja yg terlalu lebay tidak seperti orang lain yg dibawa have fun.
Aku percaya, ini adalah jalan terindah yg diberikan Allah untukku dan suatu
hari nanti aku pasti akan menemukan kebahagianku dengan cara-Nya sendiri,
karena Allah selalu mengetahui segala yg terbaik untuk hamba2-Nya, termasuk
diriku. Jangan lupa untuk selalu tersenyum.
Ide Cerita Oleh: Puss.
Publikasi Oleh : Enung Sinta Nuriah
Komentar
Posting Komentar