Teori Konseling Analisis Transaksional


PENDAHULUAN
     A.    Latar Belakang
Analisis Transaksional (AT) adalah psikoterapi transaksional yang dapat di gunakan dalam terapi individual, terapi lebih cocok untuk di gunakan dalam terapi kelompok. AT berbeda dengan sebagian besar terapi lain karena merupakan suatu terapi kontraktual dan desisional. AT melibatkan suatu kontrak yang di buat oleh klien, yang dengan jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arah proses terapi. AT juga berfokus pada putusan-putusan awal yang di buat oleh klien dan menekankan kemampuan klien untuk membuat putusan-putusan baru. AT menekankan aspek-aspek kognitif rasional-behavioral dan berorientasi kepada peningkatan kesadaran sehingga klien akan mampu membuat putusan-putusan baru dan mengubah cara hidupnya.
Pendekatan ini dikembangkan oleh Eric Berne, berlandaskan suatu teori kepribadian yang berkenaan dengan analisis structural dan transaksional. Teori ini menyajikan suatu kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah, yaitu: orang tua, orang dewasa, dan anak. Pernyataan-pernyataan operasional yang jelas menandai AT ini. Teori berne menggunakan beberapa kata utama dan menyajikan suatu kerangka yang bias di mengerti dan di pelajari dengan mudah. Kata-kata utamanya adalah orang tua, orang dewasa, anak, putusan, putusan ulang, permainan, sekenario, pemerasan, dicampuri, pengabaian, dan ciri khas. Karena sifat operasional AT, dengan kontraknya , taraf perubahan klien bisa di bentuk.
Sifat kontraktual proses terapeutik AT cenderung mempersamakan kekuasaaan terapis dan klien. Adalah menjadi tanggung jawab klien untuk menentukan apa yang akan di ubahnya. Agar perubahan menjadi kenyataan, klien mengubah tingkah lakunya secara aktif. Selama pertemuan terapi, klien melakukan evaluasi terhadap arah hidupnya, berusaha memahami putusan putusan awal yang telah di buatnya, serta menginsafi bahwa sekarang dia menetapkan ulang dan memulai suatu arah baru dalam hidupnya. Pada dasarnya, AT berasumsi bahwa orang-orang bisa belajar mempercayai dirinya sendiri, berfikir dan memutuskan untuk dirinya sendiri, dan mengungkapkan perasaan-perasaannya.

PEMBAHASAN
     A.    Biografi
Eric Berne dengan nama lengkap Eric Bernstein lahir 10 Mei 1910 di Montreal, Canada. Meninggal pada 15 Juli 1970. Ayahnya, Daud Hiller Bernstein, sebagai dokter umum dan ibunya, Sarah Gordon, seorang penulis dan editor professional. Berkebangsaan Kanada. Eric  berne menempuh pendidikan di MrGill Universty mempelajari Bahasa Inggris, psikologi dan pra kedokteran dan berhasil meraih gelar BA tahun 1931. Tahun 1935, Eriic Berne berhasil  meraih gelar MD dan Master Bedah di University McGill. Setelah itu, dia melanjutkan pendidikannya di Yale Universty dan menjadi ahli kejiwaan.
 Pada tahun 1950, teori analisis tranksasional mulai dikembangkan oleh Eric Berne. Teori analisis transasional merupakan teori modern. Pandangan Berne berbeda  dengan pandangan lainnya. Teori  ini berdasarkan sikap  dasar ego antara orang tua, dewasa dan anak. Teori analisis tranksional merupakan teori  tentang persoalitas dan interaksi sosial. Teori ini terus berkembang menjadi salah satu metode konseling dan teori komunikasi dasar antar pribadi.

     B.     Konsep Teori
Menurut Lutfi Fauzan (1994:51) Analisis transaksional didasarkan pada asumsi atau anggapan bahwa orang mampu memahami keputusan-keputusannya pada masa lalu dan kemudian dapat memilih untuk memutuskan kembali atau menyesuaikan kembali keputusan yang telah pernah diambil. Berne dalam pandangannya meyakini bahwa manusia mempunyai kapasitas untuk memilih dan dalam tingkat kesadaran tertentu individu dapat menjadi mandiri dalam menghadapi persoalan-persoalan hidupnya.
 Menurut Eric Berne status ego adalah suatu pola perasaan dan pengalaman yang tetap, keadaan ego seseorang tidak tergantung pada umur. Oleh karena itu apapun pekerjaan/jabatan seseorang, ia tetap memiliki 3 jenis status ego.
Analisis transaksional sebagai suatu sistem terapi yang didasarkan pada suatu teori kepribadian yang memusatkan perhatiannya pada tiga pola perilaku yang berbeda sesuai status egonya :
  • Status ego orang tua ( SEO )
Adalah bagian dari kepribadian yang menunujukkan sifat-sifat orang tua. Orang tua dalam pandangan kita selalu akan memperlihatkan sebagai nurturing parent (orang tua yang mengasuh) dan critical parent (orang tua yangkritis).\
  • Status ego dewasa ( SED )
Adalah bagian dari kepribadian yang menunjuk pada berbagai gambaran sebagai bagian objektif dari kepribadian. Status egonya memperlihatkan kestabilan, tidak emosional, rasional, bekerja dengan fakta dan kenyataan-kenyataan, selalu berusaha untuk menggunakan informasi yang tersedia untuk menghasilkan pemecahan yang terbaik dalam pemecahan berbagai masalah.
  • Status ego anak ( SEA )
Adalah bagian dari kepribadian yang menunujukkan ketidakstabilan, masih dalam perkembangan, berubah-ubah, ingin tahu. Status egonya berisi perasaan-perasaan, dorongan-dorongan, dan tindakan-tindakan yang spontan.
Ada dua perilaku atau sikap anak, yang pertama adalah natural child yaitu yang ditunjukkan dalam sikap impulsive, riang gembira tak social, dan ekspresi secara emosional. Yang kedua adapted child yaitu bagian dari status ego anak yang telah disosialisasikan orang tua dan yang mengatur serta mendorong perilaku natural child.
Berdasarkan teori dasar status ego, maka Harris mengidentifikasi dan menggambarkan empat posisi utama dalam interaksi individu dengan yang lainnya, menunjukkan sifat-sifat dan karakteristik kepribadiannya.
Secara teoritik posisi itu dikonseptualisasikan sebagai berikut :
  1. I’m OK – You’re OK
Posisi ini menunjukkan gambaran kepribadian seseorang yang sangat positif karena secara transaksional apa yang dia pikirkan juga mendapat dukungan orang lain. Keputusan yang diambilnya didasarkan pada keyakinan yang lebih kuat, karena baik dirinya maupun orang lain sama-sama menyetujui.
Individu yang memiliki posisi ini akan merasa aman dalam keberadaannya sebagai manusia dan keberadaan orang lain disekitarnya.
  1. I’m OK – You’re not OK
Posisi ini digunakan individu yang merendahkan orang lain atau mencurigai motif-motif orang lain. Haris disini mengatakan bahwa posisi ini berkembang dari suatu reaksi yang berlebihan terhadap perlakuan not OK. Contoh dari ini adalah perilaku kriminal yang marak, hal ini terjadi akibat dari pengambilan posisi I’m OK – You’re not OK.
Individu yang memiliki posisi ini, mereka adalah individu-individu yang selalu merasa benar dan orang lain salah.
  1. I’m not OK – You’re OK
Posisi ini menunjukkan gambaran kepribadian seseorang sebagai individu yang memerlukan kasih sayang, bantuan, mengharapsesuatu, membutuhkan penghargaan, karena orang itu merasa inferior ( bahwa anak sering mengatakan dirinya tidak mampu dan lemah atau not OK ) dari yang lain.
Seorang individu yang memilih posisi ini akan patuh dan selalu mengikuti perintah orang lain. Posisi ini memang dapat mengarahkan pada kehidupan yang produktif tetapi tidak memuaskan. Dan pada posisi ini sering kali akan menyebabkan anak melakukan pengunduran diri, depresi, dan tindakan bunuh diri karena anak menganggap dirinya itu not OK.
  1. I’m not OK – You’re not OK
Posisi ini menunjukkan gambaran kepribadian seseorang dimana orang tersebut berada dalam keadaan pesimis, putus asa, tidak dapat mengatasi dirinya, juga orang lain tidak dapat membantu, frutasi karena dari transaksi yang ada, baik dirinya sendiri maupun orang lain tidak ada yang OK. Contoh : karena pengaruh orang tua yang yang mengetahui anaknya telah cukup umur. Maka orang tua akan mulai menjauh diri dari anaknya karena orang tua berfikir bahwa anaknya sudah cukup umur dan bisa memelihara dirinya.
Posisi ini yang dipilih oleh individu, maka dalam kehidupannya individu tersebut akan hanya melewati hari-hari dan kehidupannya tanpa arti. Dan akan berdampak pada tindakan anak atau perilaku seperti bumuh diri atau pembunuhan.

     C.     Pandangan Tentang Manusia
Dalam sub pokok bahasan ini menurut Lutfi Fauzan (1994:49) mengemukakan pandangan dasar tentang hakikat manusia, ciri-ciri pokok konseling analisis teansaksional dan konsep dasar konseling analisis konselinng perorangan.
1.      Hakekat manusia.
Eric Berne sebagai pendiri dan pengembang utama, konseling analisis transaksional memiliki pandangan yang optimis tentang hakikat manusia yaitu manusia pada dasarnya baik. Pandangan ini dapat dikemukakan secara singkat sebagai berikut :
Ø  Manusia adalah makhluk yang mempunyai kemampuan untuk hidup sendiri.
Meskipun pengalaman-pengalaman masa lalu terutama perkembangan awal ketika SEO dan SEA mulai terbentuk atau orang tua/orang penting lainnya banyak pegang peran bagi kehidupan anak sangat mempengaruhi kehidupannya pada masa sekarang. Namun Berne yakin bahwa manusia memiliki potensi untuk mengelola dirinya, termasuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya sehingga ia menjadi individu yang otonom dan mandiri-terlepas dari ketergantungan terhadap yang lain.
Berkaitan dengan pandangan dasar diatas, Berne meyakini bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk membuat rencana-rencana kehidupan kemudian memilih dan memutuskan rencana-rencana terbaik bagi dirinya rencana-rencana yang telah dibuatnya itu terus dimiliki sesuai dengan irama perkembangan hidupnya ia dapat memutuskan rencana yang lebih baik lagi bagi kehidupan selanjutnya. Berdasarkan keyakinan ini, Berne beranggapan bahwa klien yang ,mengalami masalah tanpa pemperhatikan tingkat kesulitan emosionalnya tidak hanya Manusia adalah makhluk yang memiliki potensi untuk membuat keputusan.
Ø  dapat dibantu melainkan dapat disembuhkan secara total.
Ø  Manusia dalah makhluk yang bertanggung jawab
Ø  Manusia bukan hanya mampu hidup mandiri atau membuat keputusan untuk dirinya, namun ia dapat juga mampu bertanggung jawab atas pilihan dan putusan yang diambilnya dan konsekuensi yang diakibatkannya.
2.      Karakteristik konseling
Konseling analisis transaksional merupakan pendekatan konseling yang tergolong berorientasi kognitif. Sebagai suatu pendekatan konseling, analisis transaksional memiliki karakteristik antara lain:
Konseling analisis transaksional lebih menitik beratkan perhatiannya pada faktor insight dan pemahaman dalam membantu klien mencapai perubahan tingkah lakunya.
Proses konseling analisis transaksional bersifat aktif, direktif dan didaktif. Dalam hal ini konseling merupakan proses belajar mengajar dimana konselor sebagai pembelajar dan klien sebagai pelajar. Dalam proses tersebu konselor aktf mengajukan pertanyaan- pertanyaan tentang diri klin dan interaksinya dengan orang lain, disamping itu ia mengarahkan proses tersebut agar tujuan yang telah disepakati tercapai.
Konseling analisis transaksional pada dasarnya merupakan pendekatan yang dapat digunakan dalam konseling individual akan tetapi sangat cocok untuk konseling kelompok.
Konseling analisis transaksional menekankan pentingnya kontrak dalam proses konseling, yaitu kesepakatan antara konselor dengan klien yang mencerminkan adanya persamaan hak dan kewajiban antara keduanya dalam mengelola proses konseling untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
     D.    Tujuan Konseling
Tujuan utama dari terapi analisis transaksional dalam Sayekti Pujosuwarno (1993:27) adalah :
1)      Membantu klien untuk membuat keputusan-keputusan baru dalam mengarahkan atau mengubah tingkah laku dalam kehidupannya.
2)      Memberikan kepada klien suatu kesadaran serta kebebasan untuk memilih cara-cara serta keputusan-keputusan mengenai posisi kehidupannya serta menghindarkan klien dari cara-cara yang bersifat deterministic.
3)      Memberikan bantuan kepada klien berupa kemungkinan-kemungkinan yang dapat dipilih untuk memantapkan dan mematangkan status egonya.
  1. Fungsi dan Peran Terapis
Menurut Lutfi Fauzan (1994:70) Peran konselor adalah sebagai guru, pelatih dan penyelamat dengan terlibat secara penuh dengan konseli. Konselor berperan sebagai guru yang menjelaskan teknik-teknik seperti analisis struktural, analisis transaksional, naskah hidup, dan analisis game.
Di dalam analisis transaksional konselor berperan sebagai : membantu klien menemukan kemampuan diri untuk berubah dengan membuat keputusan saat sekarang., membantu klien memperoleh alat yang digunakan untuk mencapai perubahan, mendorong dan mengajar klien mendasarkan diri pada SED-nya sendiri dari pada SED konselor, menciptakan lingkungan yang memungkinkan klien dapat membuat keputusan-keputusan baru dalam hidupnya dan keluar dari rencana kehidupan yang menghambat perkembangannya.
     E.     Karakteristik Permasalahan
Pendekatan analisis transaksional berlandaskan suatu teori kepribadian yang berkenaan dengan analisis struktural dan transaksional. Teori ini menyajikan suatu kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah, yaitu: orang tua, dewasa, anak. Sifat kontraktual proses terapeutik analisis transaksional cenderung mempersamakan kedudukan konselor dan klien. Adalah menjadi tanggung jawab klien untuk menentukan apa yang akan diubahnya. Pada dasarnya, analisis transaksional  berasumsi bahwa manusia itu:
Manusia memiliki pilihan-pilihan dan tidak dibelenggu oleh masa lampaunya (Manusia selalu berubah dan bebas untuk menentukan pilihanya). Ada tiga hal yang membuat manusia selalu berubah, yaitu :
1)      Manusia (klien) adalah orang yang “telah cukup lama menderita”, karena itu mereka ingin bahagia dan mereka berusaha melakukan perubahan.
2)      Adanya kebosanan, kejenuhan atau putus asa. Manusia tidak puas dengan kehidupan yang monoton, kendatipun tidak menderita bahkan berkecukupan.
3)      Keadaan yang monoton akan melahirkan perasaan jenuh atau bosan, karena itu individu terdorong dan berupaya untuk melakukan perubahan.
·         Manusia bisa berubah karena adanya penemuan tiba-tiba.
Hal ini merupakan hasil AT yang dapat diamati. Banyak orang yang pada mulanya tidak mau atau tidak tahu dengan perubahan, tetapi dengan adanya informasi, cerita, atau pengetahuan baru yang membuka cakrawala barunya, maka ia menjadi bersemangat untuk menyelidiki terus dan berupaya melakukan perubahan.
·         Manusia sanggup melampaui pengondisian dan pemprograman awal (manusia dapat berubah asalkan ia mau).
Perubahan manusia itu adalah persoalan di sini dan sekarang (here and now). Berbeda dengan psikoanalisis, yang cenderung deterministik, di mana sesuatu yang terjadi pada manusia sekarang ditilik dari masa lalunya. Bagi AT, manusia sekarang memiliki kehendak, karena itu perilaku manusia sekarang adalah persoalan sekarang dan di sini. Kendatipun ada hubungannya dengan masa lalu, tapi bukan seluruhnya perilaku hari ini ditentukan oleh pengalaman masa lalunya.
·         Manusia bisa belajar mempercayai dirinya dirinya sendiri , berpikir dan memutuskan untuk dirinya sendiri, dan mengungkapkan
·         Manusia sanggup untuk tampil di luar pola-pola kebisaaan dan menyeleksi tujuan-tujuan dan tingkah laku baru.
·         Manusia bertingkah laku dipengaruhi oleh pengharapan dan tuntutan dari orang-orang lain
·         Manusia dilahirkan bebas, tetapi salah satu yang pertama dipelajari adalah berbuat sebagaimana yang diperintahkan.
     F.      Karakteristik Konseli
Karakteristik yang dimiliki klien adalah mampu untuk dibantu membuat keputusan baru mengenai perilaku mereka pada saat ini dan arah hidup mereka. Konseli dapat mempelajari alternatif dan cara hidup yang deterministik. Esensi dari terapi adalah menggantikan suatu gaya hidup yang berciri memainkan permainan dan suratan hidup menaklukan diri sendiri yang manipulatif dengan gaya hidup yang berciri kesadaran, spontanitas, dan keakraban.
Klien belajar untuk “menulis sendiri suratan hidupnya” dan bukan secara pasif “disurati” (ditentukan suratan hidupnya). Menurut Mary Goulding (1987), esensi terapi mengambil keputusan ulang terdiri dari perubahan kontraktual. Dengan melalui kerja sama, konselor dan klien menegakkan sasaran terapi yang spesifik, kemudian klien dibantu dalam hal memegang kontrol atas pikiran, perasaan dan perbuatan mereka.

     G.    Karakteristik Konselor
Analisis transaksional didesain untuk mendapatkan pemahaman tentang emosional dan juga intelektual, tetapi harus difokuskan pada pada aspek-aspek yang jelas dan rasional, konselor memiliki karakteristik sebagian besar sebagai penaruh perhatian pada isu kognitif dan didaktif.
Konselor membantu klien dalam hal menemukan kondisi masa lalu yang tidak menguntungkan, yaitu menentukan keputusan awal, menggunakan rencana hidup, serta mengembangkan strategi dalam hal menangani orang-orang yang pada saat ini ingin mereka pertimbangkan kembali.
Konselor tidak memainkan peran sebagai pakar superior yang terpisah, dan berjauhan tempatnya, yang ada disana untuk menyembuhkan “pasien yang sakit”. Sebagian besar dari teoritikus AT menekankan pada pentingnya hubungan yang sederajat dan menunjuk pada kontrak terapi sebagaibukti bahwa konselor dan klien adalah mitra dalam proses konseling itu. Maka, konselor membawa pengetahuan mereka dalam konteks kontrak yang jelas dan khas yang diinisiatifkan oleh klien.
Karakteristik terapis adalah sebagai penolong klien untuk mendapatkan perangkat yang dibutuhkan untuk mendapatkan perubahan.Konselor mendorong serta mengajar klien untuk menaruh kepercayaan pada Orang Dewasa, mereka sendiri dan bukan Orang Dewasanya konselor.
Praktek AT kontemporer menekankan bahwa tugas kunci konselor adalah untuk membantu klien menemukan kekuatan internal mereka untuk mendapatkan perubahan dengan jalan mengambil keputusan yang lebih cocok sekarang, sebagai lawan dari terus saja hidup berdasarkan keputusan yang kuno yang telah klien buat pada masa kanak-kanak.
Karakteristik sebenarnya dari konselor adalah membiarkan klien/konseli menemukan kekuatan mereka sendiri.

     H.    Proses Konseling
1)      Pada bagian pertama dilakukan attending (pendahuluan) untuk menentukan kontrak dengan klienm baik mengenai masalah maupun tanggung jawab kedua pihak.

2)      Pada bagian kedua baru mengajarkan klien tentang ego statenya dengan diskusi bersama klien.

3)      Membuat kontrak yang dilakukan oleh klien sendiri yang berisikan tentang apa yang akan dilakukan oleh klien, bagaimana klien akan melangkah ke arah tujuan yang telah ditetapkan, dan klien tahu kapan kontraknya akan habis.

4)      Setelah kontrak ini selesai, baru kemudian konselor bersama klien menggali ego state dan memperbaikinya sehingga terjadi dan tercapai tujuan konseling. 
Teknik yang digunakan dalam analisis transaksional diantaranya:

«  Analisis struktur
Analisis ini maksudnya adalah analisis tehadap status ego yang menjadi dasar stuktur kepribadian klien yang terlihat dari respons atau stimulus klien dengan orang lain.

«  Analisis transaksional
Konselor menganalisis pola transaksi dalam kelompok sehingga konselor dapat mengetahui ego state yang mana yang lebih dominan dan apakah ego state yang ditampilkan tersebut sudah tepat atau belum.

«  Analisis mainan
Merupakan analisis hubungan transaksi yang terselubung antara klien dengan konselor atau dengan lingkungannya. Konselor menganalisis suasana permainan yang diikuti oleh klien untuk mendapat sentuhan, setelah itu dilihat apakah klien mampu menanggung resiko atau malah bergerak ke arah resiko yang tingkahnya lebih rendah.

«  Analisis skript
Analisis skript merupakan usaha konselor untuk mengenal proses terbentuknya skript yang dimiliki klien.

DAFTAR PUSTAKA

Correy,G.1982.Ttheory and Practice Of Counseling and Psycotheraphy. California: Cole Publishing Company
Komalasari, Gantina dkk. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta:
PT Indeks
Sukardi, Dewa Ketut. 1984. Pengantar Teori Konseling. Jakarta:
Ghalia Indonesia
http://semahafiyudi.blogspot.com/2013/04/teori-dan-pendekatan-konseling-analisis.html(diunduh tanggal 27 Februari 2016 pukul 19.41 WIB)
http://eko13.wordpress.com/2011/04/14/analisis-transaksional- ( diunduh tanggal 27 Februari 2016 pukul 19.41 WIB)
Correy,G.1982.Ttheory and Practice Of Counseling and Psycotheraphy. California:
http://flachaniago.blogspot.co.id/2012/10/contoh-simulasi-konseling-dengan.html?m=1(diunduh tanggal 27 Februari 2016 pukul 19.41 WIB)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FORMAT LAPORAN KONSELING INDIVIDUAL

Teknik rapport dalam konseling

KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN REALITAS