PACARAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRILAKU SEKSUAL ANAK REMAJA

PACARAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRILAKU SEKSUAL ANAK REMAJA
Oleh:
Enung Sinta Nuriah (2285150021)

PENDAHULUAN
Pacaran, merupakan hal yang tidak asing lagi di dengar baik dikalangan orangtua, remaja maupun anak kecil. Jika kita perhatikan ditempat umum atau keramaian, pasangan berlomba-lomba beradu kemesraan dengan bergandengan tangan, memakai pakaian yang selaras dan lain sebagainya.

Perilaku yang berbeda beda ditimbulkan saat berpacaran terutama dikalangan remaja. Pacaran atau dating adalah interaksi heteroseksual yang didasari rasa cinta, kasih dan sayang serta saling memberi dan melengkapi pasangannya yang bersifat permanen. Sternberg (dalam Tambunan, 2006) menjelaskan bahwa pada masa remaja, manusia mulai mengalami masa terjadinya perubahanperubahan pada fisik, kognitif dan perubahan seksual, khususnya pada remaja putri. Perubahan ini berlangsung cepat termasuk perubahan seksualnya. Seiring dengan semakin cepatnya perkembangan seksual pada remaja, ketertarikan dengan lawan jenis pun semakin meningkat.
 
Para remaja baik laki-laki maupun perempuan mulai saling memperhatikan, dan masing-masing timbul keingintahuan yang makin besar tentang lawan jenisnya. Biasanya mulai dari ketertarikan fisik lalu hubungan emosi, hubungan emosi antara dua belah pihak dapat juga disebut cinta.
 
Permasalahan seksualitas yang umum para remaja hadapi adalah dorongan seks yang meningkat padahal belum menikah. Usia kematangan seksual (biologis) remaja ternyata belum diimbangi oleh kematangan psikososial. Akibatnya, rasa ingin tahu yang sangat kuat, keinginan bereksplorasi dan memenuhi dorongan seksual mengalahkan pemahaman tentang norma, kontrol diri dan pemikiran rasional sehingga tampil dalam bentuk perilaku coba-coba berhubungan seks yang akhirnya malah bikin ketagihan.

PENGARUH PACARAN TERHADAP PRILAKU SEKSUAL
Menurut Hurlock (2002) bahwa pacaran merupakan fenomena yang khas pada remaja, selain karena adanya perubahan hormonal semenjak organ reproduksi berfungsi, hubungan heteroseksual yang diwujudkan dalam bentuk pacaran merupakan salah satu tugas perkembangan sosialisasi pada remaja.
 
Rahman dan Hirmaningsih (1997) juga mengungkapkan adanya dorongan seksual dan rasa cinta membuat remaja ingin selalu dekat dan mengadakan kontak fisik dengan pacar. Kedekatan fisik maupun kontak fisik yang terjadi antara remaja yang sedang pacaran akan berbeda dengan kedekatan fisik atau kontak fisik antara remaja dengan teman dan keluarga. Kedekatan fisik inilah yang akhirnya akan mengarah pada 
perilaku seksual dalam pacaran.
 
Di dalam hal ini remaja tidak dapat begitu saja menunjukkan ekspresi cintanya dengan aktivitas seksual. Banyak hal yang membuat remaja harus membatasi aktivitas seksual selama berpacaran, seperti norma keluarga, agama dan masyarakat yang menjadi rambu-rambu yang harus ditaati oleh remaja yang sedang berpacaran.
 
Dalam kondisi seperti ini, sudah selayaknya remaja mempunyai kemampuan diri untuk mengendalikan dorongan seksual dan mengontrol perilakunya, sehingga terhindar dari risiko yang berat dan mengancam. Kemampuan mengontrol diri dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membimbing, mengatur, dan mengarahkan bentuk-bentuk perilaku melalui pertimbangan kognitif, sehingga dapat membawa ke arah konsekuensi positif (Lazarus, 1976).
 
Menurut Hurlock (dalam Amrillah, 2005) menyatakan bahwa manifestasi dorongan seksual dalam perilaku seksual dipengaruhi oleh: a). Faktor internal, yaitu stimulusyang berasal dari dalam individu yang berupa bekerjanya hormon-hormon alat reproduksi sehingga menimbulkan dorongan seksual pada individu yang bersangkutan dan hal ini menuntut untuk segera dipuaskan. b). Faktor eksternal, yaitu stimulus yang berasal dari luar individu yang menimbulkan dorongan seksual sehingga memunculkan perilaku seksual. Dorongan eksternal tersebut dapat diperoleh melalui pengalaman kencan, informasi mengenai seksualitas, diskusi dengan teman, pengalaman masturbasi, jenis kelamin, pengaruh orangdewasa serta pengaruh bukubuku bacaan dan tontonan porno.
 
PRILAKU PACARAN DI KALANGAN REMAJA
Remaja melakukan perilaku pacaran diawali oleh adanya ketertarikan antar lawan jenis atau sesama jenis. Bentuk dari perilaku seksual ini bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik, sampai tingkah laku berkencan ,bercumbu dan bersenggama, (Sarwono,2001).
 
Pada masa remaja, rasa ingin tahu mengenai seksualitas sangat penting dalam pembentukan hubungan baru dengan lawan jenisnya. Hal ini sesuai dengan perkembangan fisiologis remaja mengenai hal-hal yang berhubungan dengan seksualitas. Banyaknya informasi mengenai seksualitas yang benar berkaitan dengan perkembangan-nya dapat mencegah perilaku seksual yang tidak sehat. Bersamaan dengan itu pula berkembang aspek psikoseksual dengan lawan jenis dan remaja akan berusaha untuk bereksplorasi dengankehidupan seksual, (Amrillah dkk,2006).
 
Perilaku pacaran juga memungkinkan terjadinya perilaku seks pranikah, pengalaman berpacaran dapat menyebabkan seorang permisif terhadap perilaku seks pranikah (Sari. 2008)
 
KESIMPULAN
Perilaku yang berbeda beda ditimbulkan saat berpacaran terutama dikalangan remaja. Para remaja baik laki-laki maupun perempuan mulai saling memperhatikan, dan masing-masing timbul keingintahuan yang makin besar tentang lawan jenisnya.

Pada masa remaja, rasa ingin tahu mengenai seksualitas sangat penting dalam pembentukan hubungan baru dengan lawan jenisnya. Hal ini sesuai dengan perkembangan fisiologis remaja mengenai hal-hal yang berhubungan dengan seksualitas.

DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, E.B. 2002 Adolescent Development. Fourth Edition. Tokyo: Mc Graw- Hill Kogakusha Ltd.

Indigenous. 2008. Hubungan antara Pengetahuan Seksualitas dan Kualitas Komunikasi Orang Tua— Anak dengan Perilaku Seksual Pranikah. Annadharah Amilia Amrillah dkk, Vo. 8. No. 1, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

206 Indonesia Psycological Journal Seri Lestari, Pengaruh Orang Tua dan Harga Diri Remaja. Anima.

Lazarus, R.S. 1976. Pattern of Adjustment. Thirth edition. Tokyo: Mc.Graw Hill Kogakusha, LTD

Rahman, A dan Hirmaningsih. 1997. Pacaran Sehat. Panduan Ceramah. Yogyakarta: Sahabat Remaja.

Sarwono.1994. Psikologi Remaja. Jakarta: CV. Rajawali

 Tambunan,R.(2006):http://www.epsikologi.com/remaja/cinta.htm

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FORMAT LAPORAN KONSELING INDIVIDUAL

Teknik rapport dalam konseling

KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN REALITAS