Makna Emosi dalam Perspektif Lintas Budaya

Menurut psikologi Amerika, emosi mengandung makna personal yang amat kental karna psikologi amerika mengandung perasaan batin (inner feeling), dalam budaya lain emosi memiliki peran yang berbeda, misanya banyak budaya yang menganggap emosi sebagai pernyataan-pernyataan tentang hubungan antara orang dan lingkungannya, bagi orang Ifaluk di Mikronesia (Lutz,1983) maupun orang Tahiti (Levy,1983) emosi merupakan pernyataan  mengenai hubungan- hubungan sosial dan lingkungan fisik. Sedangkan konsep jepang menunjukan pada hubungan ketergantungan antara dua orang.
a. Penelitian Psikologi Lintas Budaya tentang Emosi
Beberapa perbedaan penting antara penelitian psikologi lintas budaya tentang emosi dengan penelitian antropologis dan etnografis. Satu perbedaan pentingnya adalah bahwa psikolog biasanya mendefinisikan terlebih dahulu apa yang tercakup sebagai emosi dan aspek mana dari definisi tersebut yang akan dikaji.
Perbedaan kultural dalam konsep dan definisi emosi, menjadi hambatan bagi model penelitian ini. Penelitian psikologis tentang emosi tetap mewakili suatu model penelitian yang penting tentang perbedaan kultural dan emosi.
Meski begitu mereka menegaskan bagaimana budaya bisa membentuk emosi dan demikian meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengaruh-pengaruh sosio-kultural. Studi ini juga penting karena mereka menunjukkan bahwa perbedaan kultural emosi tetap ada, bahkan ketika aspek emosi yang diteliti didefinisikan oleh pandangan barat mainstream dalam emosi.
b. Ekspresi Emosi
Penelitian lintas budaya tentang ekspresi emosi pada umumnya terfokus pada ekspresi wajah. Ekspesi wajah dari emosi dari emosi adalah aspek ekspresi emosi yang paling banyak dipelajari, dan penelitian lintas budaya mengenai ekspresi wajah inilah yang menjadi pendorong utama studi emosi di Psikologi Amerika.
Ekman mendapatkan bukti pertama yang sistematis dan konklusif tentang keuniversalan ekspresi marah, jijik, takut, senang, sedih, dan terkejut. Keuniversalan ini berarti bahwa konfigurasi mimik muka masing-masing emosi tersebut secara biologis bersifat bawaan atau inate. Namun temuan ini tidak cocok dengan apa yang secara intuitif kita rasakan tentang adanya perbedaan kultural dalam ekspresi emosi. Masing-masing kebudayaan memiliki perangkat aturan sendiri yang mengatur cara emosi universal tersebut diekspresikan, emosi tersebut tergantung pada situasi sosial. Ini biasa kita sebut sebagai aturan pengungkapan kultural (cultural display role). (Ekman, 1972)
Dengan demikian, meskipun ekspresi wajah universal itu secara biologis bersifat bawaan sebagai  prototype raut wajah pada semua orang, budaya punya pengaruh besar pada ekspresi emosi lewat aturan-aturan pengungkapan yang di pelajari secara cultural. Karena kebanyakan interaksi antar-manusia pada hakekatnya bersifat sosial, Kita harus memahami bahwa perbedaan kultural dalam aturan pengungkapan ini berlaku dalam kebanyakan, atau bahkan setiap kesempatan. Orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda dapat, dan memang, mengekspresikan emosi secara berbeda.
Budaya juga mempengaruhi pelabelan emosi. Meski biasanya ada kesepakatan antar budaya dalam hal emosi apa yang ditampilkan oleh suatu ekspresi wajah, namun ada tetap ada variasi dalam kesepakatan tersebut. Sebagai contoh, meskipun sebagian besar subjek dari Indonesia, Jepang, Brazil dan Amerika sepakat bahwa suatu ekspresi wajah menunjukan emosi tertentu (seperti emosi takut), tetap ada perbedaan di tiap budaya dalam dalam hal berapa banyak subjek yang sepakat bahwa ekspresi tersebut menunjukan emosi takut (misalnya, 90% subjek di Amerika, Brazil dan Perancis melabeli ekspresi itu sebagai emosi takut, namun hanya 70% subjek di Jepang dan Indonesia yang menyepakati hal itu). Jenis perbedaan kultural dalam pelabelan emosi inilah yang ditemukan dalam dua penelitian yang lebih baru (Matsumoto,1989,1992).
c. Persepsi Emosi
Budaya juga mempengaruhi pelabelan emosi. Meski biasanya ada kesepakatan antar budaya dalam hal emosi apa yang dit

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FORMAT LAPORAN KONSELING INDIVIDUAL

Teknik rapport dalam konseling

KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN REALITAS