Rational Emotive Therapy

Peran dan Karakteristik Konselor berdasarkan RET
Konselor dalam proses konseling pendekatan rasional-emotif  berperan aktif, direktif, namun tetap obyektif. Aktif disini bermakna berbicara, mengkonfrontasikan (yang irrasional), menafsirkan, menyerang falsafah yang menyalahkan diri. Direktif, berarti menerangkan ketidakrasionalan yang dialami & yang ditunjukkan (verbal, sikap, perilaku), membujuk, mengajari klien untuk menggunakan metode-metode perilaku (PR, desentisasi, latihan asertif, dsb). Konselor meyakinkan konseli bahwa pikiran rasional dan irrasional harus dipisahkan. Selain itu juga menunjukkan bahwa pikiran irrasional itu merupakan sumber dari permasalahan yang sedang dihadapi konseli. Pada pendekatan rasional-emotif juga Konselor dapat mengambil peran sebagai model bagi konseli untuk membebaskan diri dari pikiran irrasional. Peranan konselor dalam proses konseling rasional-emotif lainnya yaitu :
1. Peranan konselor ialah berusaha menunjukkan kepada klien bahwa masalah yang dihadapinya berkaitan dengan keyakinannya yang irrasional.
2. Peranan konselor untuk menyadarkan klien bahwa pemecahan masalah yang dihadapinya merupakan tanggung jawab sendiri.
3. Konselor berperan mengajak klien menghilangkan cara berpikir dan gagasan yang tidak rasional.
4. Peranan konselor selanjutnya adalah mengembangkan pandangan-pandangan yang realistis dan menghindarkan diri dari keyakinan yang tidak rasional/irrasional.

Kasus/ permasalahan yang dapat dan sesuai ditanggapi dengan pendekatan RET
Permasalahan yang dapat dan sesuai untuk ditanggapi dengan pendekatan RET  antara lain,
1. Masalah kecemasan para siswa menjelang ujian dengan sisa waktu yang tinggal sedikit.
Beberapa siswa memiliki kecemasan berlebih atas ujian yang akan dihadapi, ditambah lagi dengan sisa waktu yang ada untuk mempersiapkan diri semakin sedikit membuat siswa merasakan terbebani dan tertekan. Siswa mulai berpikir irrasional dan hanya sibuk dengan terus membayangkan kemungkinan-kemungkinan negatif yang akan muncul tanpa mempersiapkan dirinya maupun menguatkan/memotivasi dirinya sendiri.
Konselor berkewajiban untuk menyadarkan siswa atas pikiran irrasionalnya dan memberikan penguatan serta motivasi yang diperlukan serta mengajak konseli/siswa untuk berpikir rasional positif seperti, “Daripada memusingkan ujian yang sebentar lagi datang dan kerumitan soal-soal yang nanti muncul. Lebih baik kita mulai mempersiapkan diri dengan mengenal materi yang masih berkendala, serta mencoba untuk memahaminya kembali tanpa rasa putus asa. Dengan memanfaatkan waktu yang tersisa untuk belajar, maka saat ujian nanti kita sudah siap dengan soal-soal yang muncul nantinya”. Setelah menunjukkan pikiran rasional dan irrasional, konselor mengajak konseli mengubah pikiran irrasionalnya kepada pikiran rasional dan akhirnya siswa mampu berpikir rasional dengan menunjukkan perubahannya melalui  kesungguhannya belajar dan mempersiapkan diri dengan sisa waktu yang dimiliki.
2. Masalah siswa yang tidak suka dengan gurunya
Dalam KBM seorang guru berperan penting sebagai fasilitator dalam penyampaian informasi/ilmu. Terkadang siswa memiliki kesalahpahaman terhadap gurunya dalam hal mengenal sifat sang guru ataupun memahami maksud dari gurunya itu. Kesalahpahaman tersebut dapat berakibat ketidak sukaannya siswa terhadap gurunya. Konselor perlu meluruskan pikiran siswa yang irrasional tentang gurunya dan merasionalkannya sehingga siswa dapat berpandangan luas dan akhirnya merubah sikap atau perasaannya terhadap guru yang tidak disukanya.
3. Masalah lainnya
Masalah lain yang juga dapat diselesaikan dengan konseling RET yaitu seperti halnya masalah siswa yang suka membully karena berpandangan negatif terhadap siswa lainnya dengan alasan yang tidak logis, masalah takut akan pelajaran disekolah, ketakutan siswa akan lingkungan barunya, siswa yang sering berkhayal hal-hal yang irrasional, dll.

Daftar Pustaka

Latipun. 2005. Psikologi Konseling. Malang: UMM Press

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FORMAT LAPORAN KONSELING INDIVIDUAL

Teknik rapport dalam konseling

KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN REALITAS