Resistance

Pengertian resistance menurut kamus konseling dan terapi adalah suatu suasana antiterapeutik klien yang ditandai ketidak bersediaan dan kegagalan kerja sama dalam konseling atau terapi dan sering berhubungan dengan rasa cemas, bermusuhan, atau sikap tidak percaya, dalam psikoanalisis freud, resistensi itu dianalisis dan diinterprestasikan hakikatnya karena di yakini bahwa dalam resistensi terdapat kecemasan dan konflik sebagai isi-isi ketidaksadaran yang signifikan bagi masalah atau kesulitan klien.
Freud memandang bahwa resistensi merupakan suatu dinamika yang tidak disadari untuk mempertahankan kecemasan. Resistensi atau penolakan adalah keengganan klien untuk mengungkapkan materi ketidaksadaran yang mengancam dirinya, yang berarti ada pertahanan diri terhadap kecemasan yang dialaminya. Apabila hal ini terjadi, maka sebenarnya merupakan kewajaran. Namun, yang penting bagi konselor adalah bagaimana pertahanan diri tersebut dapat diterobos sehingga dapat teramati, untuk selanjutnya dianalisis dan ditafsirkan, sehingga klien menyadari alasan timbulnya resistensi tersebut. Interpretasi konselor terhadap resistensi ditujukan kepada bantuan klien untuk menyadari alasan timbulnya resistensi.
Perjuangan mengatasi resistensi merupakan pekerjaan utama psikoanalisis dan bagian terpenting dari penanganan analitik. Padahal hal ini tidak dapat diwujudkan dengan mudah. Kekuatan yang membantu analisis untuk mengatasi resistensi-resistensi klien adalah keinginan untuk sembuh dari klien, minat klien terhadap apa pun yang mungkin dimiliki pada saat proses analitik dan yang paling penting adalah relasi positif klien dengan analisisnya.
Proses interpretasi resistensi:
1. Terapis meminta klien melakukan asosiasi bebas dan analisis mimpi yang dapat menunjukkan kesediaan klien untuk menghubungkan pikiran, perasaan dan pengalaman klien.
2. Selanjutnya analisis menanyakan bila terjadi hal yang berbeda dengan apa yang di utarakan misal klien bercerita dengan penuh semangat namun tiba-tiba sedih.

Tahap – tahap interpretsi tersebut adalah :
1. Refleksi persaan, dimana konselor tidak pergi lebih jauh dari apa yang telah dinyatakan klien.
2. Klarifikasi, menjelaskan apa yang telah tersirat dalam apa yang telah dikatakan klien.
3. Refleksi, konselor memberikan penilaian terhadap apa yang tersirat dalam kesadarannya.
4. Konfrontasi, konselor membawa kepada perhatian, cita – cita dan perasaan klien yang tersirat tetepi tidak disadari.
5. Interpretasi, konselor memperkenalkan konsep – konsep, hubungan, dan pertalian baru yang berakar dalam pengalaman klien.
Adapun metode – metode umum interpretasi, adalah:
1. Pendekatan tentatif, metode dengan memberikan interpretasi sementara (tentatif) terhadap suatu masalah.
2. Asosiasi bebas, dengan memberikan kebebasan interpretasi kepada klien berdasarkan asosiasi yang terjadi secara bebas kepada klien.
3. Interpretasi menggunakan ungkapan – ungkapan yang lunak dan halus, baik yang berupa kata – kata atau kalimat. Dengan metode ini resisitensi klien dapat diminimalkan.
4. Pertanyaan-pertanyaan interpretatif, dengan menunjukkan pertanyaan – pertanyaan yang dapat merangsang interpretasi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FORMAT LAPORAN KONSELING INDIVIDUAL

Teknik rapport dalam konseling

KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN REALITAS